Masih pantaskah UNNES disebut
Universitas Konservasi? Yang selama ini selalu menggemborkan tidak ada
kendaraan di area kampus selama pukul 07.00-16.30. Mana buktinya? Belakangan
ini saya lihat banyak sekali motor atau mobil yang berkeliaran di kampus selama
pukul 07.00-16.30. Lalu bagaimana dengan kelanjutan program konservasi
tersebut? Jika memang pihak pusat ingin melanjutkan program tersebut harusnya
memang ditegaskan sejak awal bukannya setengah setengah. Dosen pun diberi lahan
parkir untuk kendaraan pribadi, kenapa masih ada juga yang melanggar dan
memarkirkan kendaraan pribadinya di area kampus? Apa cuma mahasiswa saja yang
harus diberi sanksi ketika melanggar ketentuan ini? Apa hal tersebut masih bisa
disebut adil?
Saya pun sering membaca berita
bahwa pemerintah lebih memperhatikan universitas “sebelah” karena mereka masuk
dalam 5 besar universitas yang akan dijadikan sebagai contoh kampus hijau.
Heran sekali kenapa bukan kita yang dipilih oleh pemerintah? Bukannya kita
sudah terkenal dengan Universitas Konservasi? Sedangkan fakta di lapangan, saya
tahu di tempat tersebut (re : universitas sebelah) sangatlah panas, gersang dan
saya rasa UNNES lebih sejuk dibandingkan disana. Yang saya takutkan gelar
Universitas Konservasi takkan melekat lagi pada UNNES karena mereka semakin
membuat kampusnya lebih hijau dari kita, sedangkan kita berleha-leha tidak
segera membenahi diri menjadi Universitas Konservasi yang lebih baik.
Menurut beberapa isu, sudah
banyak yang mengatakan bahwa Rektor baru akan meniadakan program konservasi
jadi kendaraan bermotor boleh melewati area kampus seperti dulu. Jika memang
itu terjadi, lalu apa gunanya dibangun GSG? Hanya untuk pajangan saja, setelah
kita menghabiskan banyak uang? Entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya.
Semoga pihak pusat memikirkan matang matang mengenai program konservasi ini dan
memikirkan dampaknya serta memberi sanksi yang tegas bagi yang melanggar
tentunya harus adil.
No comments:
Post a Comment