Membuat
perubahan bukanlah sebuah hal mudah, perlu kerjasama dari semua orang yang ada
dilingkup tersebut. Begitu pula dengan UNNES yang membuat sedikit perubahan
dengan terciptanya sebagai Universitas Konservasi demi menyelamatkan bumi ini
dari global warming dimulai dari lingkungan kampus terlebih dahulu. Bukan ide
gila namun sedikit rumit untuk menuju sukses, sebenarnya kita bisa mensukseskan
program konservasi ini asal semua tugas berjalan dengan baik. Jangan muluk
muluklah, membuang sampah pada tempatnya, apakah anda sudah melakukan itu
setiap hari? Atau ketika anda membuang sampah di sembarang tempat anda hanya
berkata, “tidak ada orang yang melihat kok.” “Cuma sekali ini aja kok nanti
kalo buang sampah lagi dibuang ditempatnya.” “Halah itu juga ada sampah yang dibuang
sembarangan kok.” Atau bahkan anda tak pernah sadar
betapa pentingnya membuang sampah pada tempatnya? Apakah anda tidak sadar
dampak dari sampah itu apa? Dampaknya tak pernah sebanding dengan kebiasaan
anda yang malas membuang sampah sembarangan. Banjir di Jakarta beberapa bulan
yang lalu, itu merupakan salah satu dampak dari membuang sampah sembarangan.
Tak hanya itu, sungai sungai di Indonesia pun mulai tercemar akibat limbah yang
dibuang sembarangan ke sungai oleh manusia. Sebagai salah satu contoh adalah Sungai
Citarum , sebenernya sih contoh yang deket udah ada di salah satu jurusan di
Fakultas Teknik UNNES (kata dosen saya) tapi saya tidak tahu kejadian realnya
seperti apa ya sudah kita bahas sungai Citarum aja ya hehehe. Sungai Citarum yang
merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat ini juga disebut the most polluted river in the world!
Kenapa keadaan Sungai Citarum bisa separah itu?
Kita yang tinggal di kota kota besar pasti sudah terbiasa melihat air sungai yang berwarna cokelat. Tapi di Sungai Citarum, tidak hanya cokelat atau abu abu kehitaman saja yang bisa kita lihat, tapi juga merah, kuning, hijau atau biru! Pasti pada nanya kan kenapa kok bisa warna warni gitu? Nah saya jelasin ya kenapa bisa gitu! Jadi semenjak le3bih dari sepuluh tahun yang lalu banyak pabrik yang didirikan di sepanjang sungai Citarum. Bahkan sekarang jumlahnya udah lebih dari 500 pabrik yang sebagian besar bergerak dalam bidang industri tekstil. Kebanyakan pabrik ini membuang limbahnya begitu saja ke sungai tanpa melalui proses pengolahan apapun. Air sungai Citarum biasanya berubah warna mulai dari maghrib sampai jam 3 dini hari, kemudian saat pagi hari sudah tercium bau yang bisa membuat sesak napas. Sudah banyak bahan bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalam air sungai. Bahan bahan kimia tersebut bisa menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan misalnya penyakit kulit, kanker, kerusakan organ tubuh hingga menyebabkan kematian. Selain limbah pabrik, banyak tumpukan sampah dan kotoran hewan ternak yang menambah pencemaran di sungai Citarum. Fyi sungai Citarum itu sumber air utama bagi warga sekitar, jadi udah lebih dari 25 juta jiwa penduduk di Jawa Barat dan Jakarta yang menggunakan air bercampur limbah ini. Ada yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci sampai memasak. Walaupun air untuk kebutuhan sehari hari biasanya disarin empat sampai lima kali tetep aja ga bakal bisa 100% bersih, jadi ga heran kalo terjadi gatal gatal, diare, dll. Ditambah lagi, banyak warga yang menggunakan air sungai Citarum untuk mengaliri sawah atau menyiram tanaman yang nantinya dijual. Ini tentunya bisa mempengaruhi kesehatan konsumennya, yang mungkin saja termasuk saya atau kalian.
Sungai Citarum juga mempengaruhi penghasilan warga sekitar. Dulu, banyak sekali warga yang menjual ikan hasil tangkapan dari sungai Citarum. Sekarang, jangankan mencari ikan untuk dijual, untuk dimakan sendiri susah. Begitu juga dengan para petani yang sawahnya dialiri dengan air sungai Citarum, hasil panennya semakin menurun.
Tentu saja kita ingin membersihkan sungai Citarum dan membuatnya kembali seperti dulu, tapi itu bukan hal yang mudah. Dibutuhkan kerjasama dari pihak pabrik, pemerintah dan masyarakat. Partisipasi yang bisa kita lakukan dengan hal hal kecil seperti tidak membuang sampah ke sungai dan ikut aktif mengkampanyekan perbaikan sungai Citarum.
No comments:
Post a Comment